Sebelumnya mari kita awali dengan beberapa kata mutiara dari Imam Ali bin abi thalib tentang kelebihan ilmu dibanding harta
“Harta bila diberikan berkurang , Ilmu bila diberikan semakin bertambah”
“Pemilik menjaga Harta , Ilmu menjaga pemiliknya”
Dalam Alquran juga ada beberapa ayat yang mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu , diantaranya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Manusia itu memang beragam , sifatnya , keinginannya , kemauannya , kemampuannya , kesukaannya, takdirnya , oleh karena itu Allah memberikan ilmu sesuai keadilanNya pada manusia , menurut takarannya seperti juga ujian / cobaan hidupnya. Dengan mewajibkan “menuntut ilmu” dan menyerahkan kadarnya kepada masing = masing individu , maka manusia bisa mendapatkan “ilmu” sesuai keinginannya , tapi anehnya kadang2 manusia cuma membatasi bahwa ilmu itu menjadi kotak2 kecil seperti “ilmu” itu hanya diperoleh dari “sekolah” , “ilmu” saya ya cuma ini saya ga bisa yang lain ” , dll , kadang2 disadari atau tidak sesungguhnya pikiran2 semacam itu yang mensabotase diri , sehingga tidak mampu hidup dengan “optimal”.
Seiring bertambahnya waktu , pengetahuan si bayi bertambah dibimbing orang tuanya untuk belajar bicara, merangkak, duduk , berdiri , berlari bersepeda dll , sampai menjadi manusia dewasa seperti kita2 ini , sayangnya setelah “dewasa” , beberapa orang menjadi “malas” bertindak ataupun berpikir , “tidak termotivasi” , suka yang “instan” , suka “berangan2” saja bahwa segalanya akan membaik , mengharapkan pertolongan Allah Semata , Bingung , merasa “sempit” , mudah “putus asa” , status “Quo” sulit berubah dan terutama “malas berjuang”.
Untuk orang – orang semacam ini tidak ada yang “menyalahkan” atas pilihan “sikap” yang diambil , tapi karena kita “hidup” tidak sendiri melainkan “bersama” keluarga kita , jadi “apapun” sikap kita akan berimpact pada “keluarga” kita , Sebenarnya “perjuangan” kita itu bukan untuk “diri sendiri” melainkan untuk “istri, anak, orang tua, saudara” ,
dengan motivasi yang lebih “besar” , kita akan lebih “Bergairah”
Bila berkaitan dengan “dunia” , untuk sukses dibutuhkan “ilmu”
Kalo belum bisa “membuat sendiri” mungkin perlu teknik “Copas” atau “ATM, Amati, Tiru dan Modifikasi” , Kalo kita punya penghasilan 2 juta/bln , itu artinya ilmu kita baru nyampe 2jt / bln , kalo merasa nyaman , ya sudah ga usah belajar , nanti aja kalo ada perampingan / kepepet baru mikir , hehe (nunggu sakit beneran), tapi kalo ga puas mau punya ilmu yang lebih tinggi , total penghasilan 10 jt/bln ( mau…mau! ), ingat ga ada yang instan , jadi mula2 siapkan mental dulu dan kemauan belajar , baru nyari “bisnis” sesuai “hobby/kesukaan” kita , kemudian cari “mentor” sesuai bidang “tersebut” , gali bidang yang akan kita tekuni ini , sesuaikan dengan sumber daya yang kita “punya saat ini” , setelah itu “tekuni” akan “ketemu” rumusan “sukses” anda sendiri bila “pantang menyerah” dan “tidak berhenti” , untuk berapa lama ?? , nah ini pertanyaan yang sulit, “Seorang pakar bisnispun ” bila ada yang berani menggaransi bisa “sukses” dalam waktu 2 “tahun” , pasti berduyun2 orang belajar tetapi bila “meleset” siap2 menuai “Protes” atau “gugatan” dari orang2 yang “merasa tertipu” atau “ingin uang kembali , kan , lumayan”
Jawaban semacam itu tidak ada , karena berkaitan dengan “takdir” manusia , Hanya “Allah SWT” yang “mampu” menjawabnya
Agar “nyaman” dalam meningkatkan standar diri , buat tujuan yang “mudah” bertahap kenaikannya
Semoga lancar ya
Demikian juga agar “Sukses di Akhirat”
Juga butuh “ilmu Agama” , cara beribadah yang bener , yang sudah diajarkan mulai “SD-SMA” di bidang pendidikan Agama dan kita boleh “menajamkan” ilmu kita dengan “mengaji dan mengkaji” serta mengamati “KebesaranNya” disekeliling kita
Jadikan “Dunia” sebagai “tempat menabur amal kebaikan” dan di “Akhirat” lah tempat “Panen”nya
Jangan mengeluh , dunia adalah tempat yang menyenangkan , senang atau sedih berganti ganti , puas atau kecewa berselang seling ” , saat “punya masalah pelik” pun , kita tertidur “terlupa tuh” , nanti setelah bangun baru ingat , hehe , sedang bingung / pusing , nyeruput “kopi” lumayan “fresh” , Bayangkan saat di akhirat cuma ada 2 tempat yaitu Neraka ( Susah terus menerus , nangis terus menerus , kesakitan terus menerus, ga pernah berhenti ) atau Syurga ( Senang terus menerus , semua gratis , keliling2 , bahagia terus menerus ).
Pernah ada celetukan “kalo punya hutang saat mati, kan enak , ditengah2 antara Syurga dan Neraka, ga disiksa dan ga senang , mending lho , daripada di siksa , hehe ) , nyoba aja kalo berani , hehehe
Jadi di “dunia” ini “kesempatan” jadi “manfaatkan”
Investasi di “dunia” ini “fokuskan” pada “Amal Jariyah” , “Ilmu yang bermanfaat” , “Anak yang sholeh” dan amal – amal lain , yang “manfaat/kebaikannya ” mengalir kepada “kita” saat di “kubur” dan di “akhirat” nanti , disanalah tempat “Kembali”
Semoga Kita menjadi Investor di “dunia” dan “diakhirat” , amien YRA